5 Gadget Gagal Ini Sukses Jadi Penghuni Museum Kegagalan

Ada banyak sekali produk teknologi yang rilis setiap harinya. Tetapi, tidak semuanya yang justru laris di pasaran, bahkan ada sebagian yang mengalami kegagalan dan akhirnya menutup usahanya.

Berawal dari ide untuk mengumpulkan beberapa barang-barang yang gagal, hal inilah yang membuat seorang pria bernama Samuel West memutuskan untuk membuat Museum Kegagalan, yakni sebuah museum yang menampung berbagai macam barang yang pada akhirnya gagal, termasuk produk-produk inovasi teknologi yang tidak akan pernah kita jumpai saat ini. Saat ini museum yang berlokasi di Helsingbord, Swedia tersebut sudah bisa dinikmati untuk umum. Sedikitnya, terdapat 5 gadget gagal yang telah masuk ke Museum Kegagalan tersebut, apa saja itu? Yuk, simak langsung berikut ini.


5 Gadget Gagal Ini Sukses Jadi Penghuni Museum Kegagalan


1. Microsoft Kin


Microsoft Kin atau Ponsel Kin rupanya hanya mampu bertahan selama dua bulan. Awalnya, sebuah ponsel yang dirancang untuk kebutuhan akses jaringan sosial yang lebih mudah ini rupanya tidak berhasil dan kandas di pasaran. Berbagai macam strategi seperti menurunkan harga penjualan pun tetap tidak membuat ponsel Kin dapat bertahan lama.

Banyak yang menganggap gagalnya Microsoft Kin di pasaran akibat kurangnya fitur-fitur yang menarik, alhasil kegagalannya di pasaran pun tak dapat terbantahkan. Kini tim pengembangan Kin dilebur menjadi satu dengan tim Windows Phone 7.

2. Amazon Fire Phone


Menurut Jeff Bezos selaku CEO Amazon, ia mengklaim bahwa saat ini Fire Phone merupakan sebuah eksperimen yang gagal dalam hal penjualan dan penerimaan konsumen. Meski langkah Amazon yang kemudian memangkas harga penjualan Fire Phone hampir setengahnya, hal ini belum mampu mendongkrak penjualan Fire Phone yang lebih baik. Meski Fire Phone gagal, pihaknya mengatakan tetap akan menghadirkan model-model baru di masa mendatang.

3. Nokia N-Gage


Awalnya, ponsel Nokia N-Gage dirancang untuk menjadi gaming phone yang bertujuan menggeser dominasi Nintendo sebagai konsol game portabel pada waktu itu. Nokia N-Gage pertama kali diperkenalkan oleh Nokia pada 2003 dengan banderol harga sekitar Rp 4 jutaan di Indonesia.

Salah satu alasan mengapa Nokia N-Gage tidak mampu lagi melejitkan kepopulerannya adalah akibat kurangnya dukungan para developer game besar untuk membangun sebuah game yang mampu menciptakan sebuah user base tersendiri. Selain itu, tingginya pembajakan game yang sangat mudah dilakukan pada handle ini membuat N-Gage tak mampu lagi berkiprah sebagai konsol game portabel yang maju.

4. TwitterPeek


TwitterPeek muncul akibat antusiasme tinggi pengguna yang menggunakan layanan Twitter pada waktu itu. Perangkat TwitterPeek dibuat untuk memudahkan para pengguna dalam menyalurkan hobi tweet mereka agar lebih mudah.

Namun, perangkat yang lebih mirip seperti ponsel cerdas ini rupanya tidak mampu menarik hati para konsumen. Fungsinya yang hanya sebagai akses untuk bermain Twitter dianggap tidak sepadan dengan apa yang dikeluarkan oleh pengguna. Selain itu, dari sisi visual dan responsivitas, perangkat TwitterPeek juga tidak mampu memberikan yang terbaik.

5. Google’s Glass


Google’s Glass dirancang sebagai perangkat berteknologi tinggi, yakni sebuah kacamata dengan built-in kamera dan mampu menampilkan display dalam bentuk augmented reality. Ada beberapa alasan mengapa kemudian Google’s Glass mengalami kegagalan dan tidak lagi dipasarkan ke konsumen, selain harganya yang terlalu mahal yakni sekitar Rp 20 jutaan jika dirupiahkan.

Google’s Glass juga memunculkan beberapa kekhawatiran, yakni jika diproduksi massal dapat digunakan untuk mengambil gambar atau video tanpa ketahuan, hal ini bisa menciptakan pelanggaran hak privasi dan pembajakan. Selain kedua alasan di atas, yang menyebabkan Google’s Glass kemudian tidak berkembang adalah karena desainnya yang dianggap tidak fashionable dan stylish untuk kebutuhan gaya.
Share on Google Plus
Adverticement - Match Content

0 comments:

Post a Comment